JENIS – JENIS SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Wednesday, November 1, 2017
Edit
JENIS – JENIS
SILABUS PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
(Pengertian, kelamahan, dan kelebihannya)
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi
Tugas Design Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab
Dosen Pengampu:
Prof. H. Dr. D. Hidayat, M.A.
Disusun oleh
|
|
2.216.9.013
|
Kefi fadhilah
|
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada
saya. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
yang telah membawa ajaran yang hanif dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang.
Makalah Jenis-jenis silabus pembelajaran bahasa arab ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Silabus. Atas terselesaikannya makalah ini, saya sebagai penyusun
mengucapkan terimakasih kepada berbagai media yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari, makalah yang saya
susun jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar kami lebih baik ke depannya. Mudah-mudahan makalah ini
menjadi salah satu bagian dari proses meningkatkan pengetahuan Silabus pembelajaran bahasa Arab.
Bandung, 18 Mei 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Silabus............................................................................ 4
B. Silabus
Pembelajaran Bahasa Arab.................................................. 4
BAB III SIMPULAN
A. Simpulan......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran
bahasa Arab di Indonesia dihadapkan pada berbagai problematika. Beberapa penyebab yang menjadi masalah dalam pembelajaran bahasa diantaranya pengajar/guru, siswa, dan sarana yang tidak cukup menunjang, bahkan faktor kurikulum dengan segenap
komponennya terkadang menjadi masalah pembelajaran.
Pemakalah melihat salah satu aspek dari problem pembelajaran bahasa Arab yaitu aspek kurikulum. Hal ini menjadi penting mengingat
meskipun dewasa ini berbagai metode pembelajaran yang telah maju belum dapat memenuhi harapan pembelajaran bahasa Arab
di Indonesia.
Makalah ini menerangkan tentang pengertian silabus
beserta contoh silabus, terutama 2 tipe silabus (gramatikal dan situasional). Tambahan lainnya dapat ditemukan pada uraian mengenai tipe
silabus bahasa Arab yang kerap digunakan pada pembelajaran bahasa Arab baik
untuk tujuan umum maupun untuk tujuan khusus.
Dengan
demikian pada uraian berikutnya dijelaskan dua tema utama yakni: Beberapa tipe
silabus pembelajaran bahasa Arab dan Tipe Silabus Pembelajaran Bahasa Arab di
Indonesia. Pada bagian pertama dijelaskan berbagai tipe silabus pembelajaran
bahasa disertai kelebihan dan kelemahan masing-masing silabus. Sedangkan pada
bagian terakhir dijelaskan silabus
pembelajaran bahasa arab di Indonesia.
II. Pembahasan
A. Pengertian
Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan
kelompok mata pelajaran /tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok /pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian.
Dalam pengembangan kurikulum dan
pembelajaran, perlu ditentukan standar kompetensi yang berisikan kebulatan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yan ingin dicapai, materi yang harus
dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk
mengetahui pencapaian standar kompetensi. Dengan kata lain, pengembangan
kurikulum dan pembelajan menjawab pertanyaan :
-
apa
yang akan diajarkan (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi
pelajaran)
-
Bagaimana cara mengajarkannya ( pengalaman
belajar, metode, media)
-
Bagaimana cara mengetahui pencapaianya (evaluasi
atau sistem penilaian)
Berdasarkan gambaran tersebut dapat dinyatakan bahwa
silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus
dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi,
dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Selain itu, silabus harus dikaji
dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan masukan hasil
evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan
evaluasi rencana pembelajaran.
B. SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Pembelajaran
bahasa kedua, termasuk pembelajaran bahasa Arab, meliputi beberapa tipe
silabus. Setiap silabus memiliki gambaran khusus mengenai pembelajaran dan
penyajian kemahiran bahasa tersebut yang berdasarkan atas asumsi-asumsi
tertentu sesuai dengan teori bahasa yang dianutnya. Beberapa silabus pembelajaran
bahasa asing di antaranya
1. SILABUS STRUKTURAL
Al-Khuli
(1986: 48) mendefinisikan silabus structural sebagai
منهج
لتعليم اللغة المنشودة يركز على قواعد اللغة و يعرض الوحدات التعليمية بتسلسل نحوي
معين
“Silabus
pembelajaran bahasa target yang memokuskan pada kaidah-kaidah bahasa dan
menyajikan unit-unit pembelajaran dalam bentuk penyajian serangkaian aspek
gramatikal tertentu”.
Karl
Krahnke (1987: 10) menyatakan bahwa silabus structural adalah “is one in
which the content of language teaching is a collection of the forms and
structures, usually grammatical, of the language being taught” (silabus di
mana isi pembelajaran bahasa berupa kumpulan bentuk-bentuk dan
struktur-struktur, biasanya dalam bentuk grammatika bahasa yang dipelajari)”.
Thu’aimah (1989: 99) menyatakan bahwa silabus structural adalah tipe silabus
yang menyajikan materi bahasa dalam bentuk pembahasan di sekitar tema-tema
gramatikal.
Silabus
ini didasarkan pada dua asumsi dasar. Pertama, bahasa adalah system (struktur).
System bahasa mencakup sekumpulan gramatikal yang jika dipelajari seseorang
maka ia akan mampu menggunakan bahasa. Kedua, setiap makna memiliki struktur
bahasa tertentu sehingga dalam pembelajaran bahasa dibutuhkan penentuan
berbagai struktur yang dapat mentransfer berbagai makna yang memudahkan proses
komunikasi .
Bentuk/struktur
bahasa berkaitan dengan makna bahasa. Salah satu dari dua komponen tersebut
dapat membatasi yang lainnya. Sebagai contoh makna takjub dalam bahasa Arab
memiliki setidaknya dua struktur ما أفعل dan أفعل به. Makna ‘pertanyaan/istifhaam’
memiliki beberapa struktur. Dengan demikian guru diharapkan dapat memberikan
sejumlah struktur atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan makna yang dapat
memenuhi keinginan siswa (Thu’aimah, 1989: 100).
Secara
procedural, perancang silabus structural memulai upayanya dengan menentukan
makna-makna yang akan diungkapkan siswa. Setelah itu, perancang silabus
menentukan struktur-struktur bahasa yang dapat menampung makna-makna tersebut.
Tahap berikutnya adalah memilih tema-tema gramatikal yang terafiliasi pada
struktur-struktur tersebut. Tahap terakhir adalah menentukan urutan tema-tema
gramatikal tersebut (sequencing) secara logis yakni dengan mengawalkan tema
yang menjadi syarat bagi tema berikutnya.
Ada
beberapa istilah yang umum digunakan pada silabus structural di antaranya:
a. Pola kalimat (أنماط
الجملة), yakni corak kalimat
yang di mana makna disajikan. Misalnya, jumlah
ta’ajjub, jumlah istifhamiyyah, jumlah thalabiyyah, jumlah insyaiyyah dan sebagainya.
b. Tema-tema gramatikal (موضوعات النحو), yakni konsep-konsep grammatika terkait struktur bahasa yang
disusun dalam bab-bab tertentu. Misalnya, bab mubtada dan khabar,
bab maf’ul bih, bab idhafah dan sebagainya.
d. Struktur Kalimat (التركيب اللغوي), yakni matriks yang mendadarkan kalimat. Dalam hal ini kita
dapat menyatakan suatu struktur kalimat sebagai struktur fi’il + faa’il + maf’ul bih.
e. Jumlah,
yakni ungkapan yang dapat dipahami maknanya (Thu’aimah, 1989: 100).
Silabus
structural sangat umum dalam penggunaan metode gramatika-terjemah. Metode
tersebut beranjak dari pijakan yang sama dengan silabus struktural yakni bahwa bahasa adalah sekumpulan
kaidah-kaidah yang jika dipelajari seseorang, dapat memungkinkannya menggunakan
bahasa tersebut. Bagi metode ini, kaidah-kaidah bahasa juga dapat memberi bekal
siswa dengan sejumlah kosakata berdasarkan makna leksikal dan bukan berdasarkan
kebutuhan nyata siswa. Krahnke menjelaskan bahwa silabus structural juga dapat
diterapkan dengan metode Audio Lingual dan The Silent Way (Krahnke, 1987: 17).
a. Kelebihan silabus structural
1. Strukutur atau grammar adalah komponen yang paling
umum (the most general component) dalam kompetensi komunikatif.
2. Silabus structural sudah sangat dikenal sehingga
menjadi konten yang familiar dalam setiap kelas bahasa
3. Fitur dalam silabus structural mudah dideskripsikan.
4. Pengetahuan structural adalah komponen kompetensi
komunikatif yang paling dapat diukur.
5. Pengetahuan struktur akan mencegah fosilisasi
pembelajar bahasa. Fosilisasi adalah penghentian belajar akibat tidak didukung
oleh dasar yang kuat.
6. Dalam teori monitor Krashen, pengetahuan struktur
dapat memainkan peran yang penting sebagai dasar pembelajar untuk memonitor
atau mengecek akurasi bahasa pembelajar.
7. Pengajaran struktur bahasa memberikan dasar bagi guru
atau orang lain untuk menyediakan umpan balik akurasi produksi bahasa siswa
8. Silabus structural bebas dari nilai dan budaya bahasa
yang dipelajari (Krahnke, 1987: 21-24).
Ada
beberapa kritik yang dilayangkan pada silabus structural dan merupakan
kelemahan dari silabus ini antara lain:
1. Jika seseorang dapat mendeskripsikan jumlah secara sintaksis atau dapat
menganalisis susunannya sehingga dapat memahami maknanya, hal ini belum tentu
menjaminnya dapat menggunakannya dalam percakapan nyata. Alasannya, suatu
jumlah bisa jadi diucapkan seseorang dengan berbagai konteks atau situasi
tertentu seperti konteks menyindir, takjub dan lain sebagainya.
2. Suatu makna tidak mesti dinyatakan dengan satu
struktur. Bisa jadi suatu makna diungkapkan dengan beberapa struktur.
3. Silabus struktural mengabaikan kebutuhan individu dalam berkomunikasi karena
silabus tersebut tidak bertolak dari situasi-situasi berbahasa yang dibutuhkan
siswa dalam berbahasa.
4. Silabus ini menjamin lulusannya mampu menguasai
kaidah-kaidah bahasa tetapi tidak menjamin lulusannya mampu berkomunikasi
(Thu’aimah, 1989: 101).
5. Persoalan yang timbul karena urutan penyajian
(sequencing) yang ketat pada silabus structural mencegah siswa memproduksi
struktur-struktur yang belum dipelajarinya (Krahnke, 1987: 25)
2. SILABUS SITUASIONAL
Al-Khuli
(1986: 110)mendefinisikan Silabus Situasional sebagai berikut:
منهج لتعليم اللغة المنشودة يعتمد على عرض نصوص لغوية
ذات صلة بالمواقف التى قد يجد المتعلم نفسه فيها وسط بيئة هذه اللغة
“Silabus
pembelajaran bahasa target yang didasarkan atas penyajian teks-teks bahasa yang memiliki keterkaitan
dengan situasi-situasi yang mungkin ditemui siswa pada lingkungan bahasa
tersebut.” Karl Krahnke (1987: 10) menyatakan bahwa, “A situasional syllabus
is one on which the content language teaching is a collection of real or
imaginary situasions in which language is used,” (Silabus Situasional
adalah silabus di mana isi pembelajaran bahasa merupakan kumpulan situasi, baik
nyata maupun imajiner, di mana bahasa berlangsung atau digunakan).
Dalam
rangka pengembangan silabus structural, beberapa perancang silabus mulai
melirik penyajian materi bahasa dengan mempertimbangkan situasi-situasi yang
dialami siswa. Ada dua macam silabus situasional. Pertama, silabus situasinal
yang masih kental dengan aroma struktur atau yang dikenal dengan silabus
situasional imajiner/manipulatif. Kedua, silabus situasional yang beranjak dari
situasi nyata di lapangan. Pada silabus situasional jenis pertama struktur
bahasa tetap diajarkan di tengah-tengah pembelajaran situasi-situasi tersebut.
Sebagai contoh, seorang guru mengajar dengan disertai gerakan-gerakan yang
menunjukkan struktur yang diucapkan. Guru berkata (أنا أكتب الدرس) sambil menulis
pelajaran di papan tulis atau ‘membuka pintu’ sambil berkata (الباب مفتوح) (Thu’aimah, 1989:
101).
Jenis
kedua dari silabus situasional beranjak dari asumsi dasar bahwa bahasa adalah
fenomena sosial yang muncul sebagai sarana berkomunikasi antar sesame manusia.
Kendatipun dalam berkomunikasi struktur bahasa merupakan komponen yang perlu
diperhatikan, tetapi dalam silabus situasional jenis kedua ini
komponen-komponen tersebut selalu dipertimbangkan dengan situasi atau
konteksnya. Dengan kata lain, perhatian utama diberikan pada situasi atau
konteks bahasa digunakan dan bukan pada strukturnya. Sebagai implikasinya,
terjadi pergeseran perhatian dari materi ajar ke siswa pembelajar.
Para
ahli berupaya memprediksi situasi-situasi yang mungkin dihadapi siswa dalam
komunikasi sehari-hari melalui kajian-kajian lapangan atau
penelitian-penelitian. Setelah diketahui situasi-situasi yang diprediksi akan
dihadapi siswa maka tahap berikutnya adalah memilih materi bahasa yang sesuai
dengan kebutuhan komunikasi siswa.
Silabus
semacam ini dapat memotivasi siswa untuk melanjutkan studi bahasanya karena
membuat proses belajarnya lebih bermakna. Atau dalam istilah Krahnke disebut
penghindaran terhadap ‘fosilisasi’ (Krahnke, 1987 : 70-71)
Adapun
unit-unit pembelajaran bahasa dengan silabus tipe ini adalah dengan menyajikan
unit-unit yang berkisar di sekitar kebutuhan-kebutuhan komunikasi siswa. Dengan
demikian dapat disebutkan di sini beberapa unit-unitnya seperti : Di Bandara,
Di Pasar, Di Perpustakaan Universitas, Di Restoran, Di Biskota dan lain
sebagainya (Thu’aimah, 1989: 103).
a. Kelebihan silabus situasional
1. Silabus situasional dapat lebih mengarahkan kemampuan siswa untuk
berkomunikasi dalam seting spesifik
2. Silabus situasional menyediakan konteks wacana di mana
bentuk dan makna bahasa berpadu
3. Penggunaan situasi-situasi dalam pembelajaran bahasa
dapat memberikan informasi sosial dan budaya tentang bahasa dan penutur aslinya
(Krahnke, 1987: 45).
b. Kelemahan silabus situasional
1. meskipun silabus situasional dapat
meningkatkan transfer penggunaan bahasa yang terkait dengan situasi
pembelajaran, tetapi penggunaan situasi-situasi yang telah ditentukan
sebelumnya dan penggunaan situasi-situasi yang artificial dapat mengurangi
transfer tersebut. Hal ini karena siswa lebih diarahkan pada rutinitas dan pola
situasi yang telah ditentukan sebelumnya ketimbang penggunaan bahasa yang
kreatif.
2. pembelajaran dengan silabus situsional
terhambat oleh sulitnya membuat bahasa autentik untuk tujuan pembelajaran. Hal
ini bisa jadi disebabkan antara lain pola-pola autentik penggunaan bahasa dalam
berbagai situasi oleh penutur asli belum diketahui atau bisa jadi terkait
dengan penggunaan yang kedaluwarsa karena semakin spesifik suatu bahasa
diasosiasikan dengan situasi akan semakin cepat kemungkinannya menjadi tidak
lagi sesuai.
3. silabus situasional memiliki kelemahan
dalam pengurutan (sequencing) konten (Krahnke, 1987: 45-46).
Thu’aimah (1989: 103)
juga melayangkan kritiknya terhadap silabus ini di antaranya:
1. Kebutuhan komunikasi berbeda-beda baik
pada tataran individu maupun masyarakat. Apa yang sesuai bagi satu kelompok
belum tentu sesuai dengan kelompok lainnya. Dengan demikian idealnya terdapat
banyak situasi yang sebanding dengan beragamnya kebutuhan komunikasi.
2. Bahasa yang diungkapkan di kelas,
meskipun beranjak dari kebutuhan nyata dalam kehidupan, sejatinya masih berada
pada tataran imajiner/manipulatif. Situasi alamiah sulit dipindahkan dalam
situasi belajar di kelas
3. Terdapat perbedaan mendasar antara
situasi terpola (موقف نمطي) yang merupakan sarana dalam pembelajaran
(di kelas) dengan situasi alamiah (موقف طبيعي) yang sulit
ditransfer. Misalnya, jika situasi di pasar diprediksi sebagai aktifitas membeli saja, maka akan bertentangan
dengan kenyataan bahwa aktifitas di pasar tidak hanya ‘membeli’ karena bisa
jadi seseorang ke pasar untuk berjualan, melihat dan membandingkan harga,
mengawasi jalannya jual beli, menjaga keamanan pasar dan sebagainya.
Di antara metode pembelajaran
bahasa yang biasa diasosiasikan dengan silabus situasional adalah Metode Audio
Lingual dan Metode Langsung.
KESIMPULAN
Silabus
Pembelajaran bahasa asing, termasuk bahasa Arab, memiliki banyak tipe yang
secara sederhana dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, yang lebih
menekankan pada bentuk bahasa (form) dan kedua yang lebih menekankan pada makna
(mean). Keberadaan bermacam tipe silabus dapat dilihat sebagai bentuk
pengembangan dari silabus yang ada sebelumnya sehingga pemaparannya tidak perlu
untuk dipertentangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khuli, Muhammad Ali, A Dictionary of Applied
Linguistics: English-Arabic with An Arabic-English Glossary, Librairie Du
Lian, First Edition, 1986, printed in Lebanon
Effendy,
Ahmad Fuad, Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2009)
Hidayat,
HD, Pelajaran Bahasa Arab
Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1984 Jilid I, Jakarta, PT Hikmat Syahid Indah/CV
Toha Putra Semarang, 1986
Krahnke,
Karl, Approaches to Syllabus
Design for Foreign Language Teaching, New Jersey: Prentice Hall Regents,
Englewood Cliffs, 1987
Related Posts