-->

JENIS – JENIS SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

JENIS – JENIS SILABUS PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
(Pengertian, kelamahan, dan kelebihannya)
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Design Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab

Dosen Pengampu:
Prof. H. Dr. D. Hidayat, M.A.



Disusun oleh


2.216.9.013
Kefi fadhilah
           



PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada saya. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa ajaran yang hanif dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Makalah Jenis-jenis silabus pembelajaran bahasa arab ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Silabus. Atas terselesaikannya makalah ini, saya sebagai penyusun mengucapkan terimakasih kepada berbagai media yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari, makalah yang saya susun jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami lebih baik ke depannya. Mudah-mudahan makalah ini menjadi salah satu bagian dari proses meningkatkan pengetahuan Silabus pembelajaran bahasa Arab.

Bandung,  18 Mei 2017

                                                                                                 Penyusun
           
            DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I      PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang................................................................................. 1
BAB II     PEMBAHASAN
A.       Pengertian Silabus............................................................................ 4
B.       Silabus Pembelajaran Bahasa Arab.................................................. 4
BAB III   SIMPULAN
A.       Simpulan......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia dihadapkan pada berbagai problematika. Beberapa penyebab yang menjadi masalah dalam pembelajaran bahasa diantaranya  pengajar/guru, siswa, dan sarana yang tidak cukup menunjang, bahkan faktor kurikulum dengan segenap komponennya terkadang menjadi masalah pembelajaran.
Pemakalah melihat salah satu aspek dari problem pembelajaran bahasa Arab yaitu aspek kurikulum. Hal ini menjadi penting mengingat meskipun dewasa ini berbagai metode pembelajaran yang telah maju belum dapat memenuhi harapan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia.
Makalah ini menerangkan tentang pengertian silabus beserta contoh silabus, terutama 2 tipe silabus (gramatikal dan situasional). Tambahan lainnya dapat ditemukan pada uraian mengenai tipe silabus bahasa Arab yang kerap digunakan pada pembelajaran bahasa Arab baik untuk tujuan umum maupun untuk tujuan khusus.
Dengan demikian pada uraian berikutnya dijelaskan dua tema utama yakni: Beberapa tipe silabus pembelajaran bahasa Arab dan Tipe Silabus Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia. Pada bagian pertama dijelaskan berbagai tipe silabus pembelajaran bahasa disertai kelebihan dan kelemahan masing-masing silabus. Sedangkan pada bagian terakhir dijelaskan silabus pembelajaran bahasa arab di Indonesia.















II.            Pembahasan
A.    Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan kelompok mata pelajaran /tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok /pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.  
Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, perlu ditentukan standar kompetensi yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yan ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian standar kompetensi. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan pembelajan menjawab pertanyaan :
-           apa yang akan diajarkan (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pelajaran)
-          Bagaimana cara mengajarkannya ( pengalaman belajar, metode, media)
-          Bagaimana cara mengetahui pencapaianya (evaluasi atau sistem penilaian)
Berdasarkan gambaran tersebut dapat dinyatakan bahwa silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Selain itu, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
B. SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Pembelajaran bahasa kedua, termasuk pembelajaran bahasa Arab, meliputi beberapa tipe silabus. Setiap silabus memiliki gambaran khusus mengenai pembelajaran dan penyajian kemahiran bahasa tersebut yang berdasarkan atas asumsi-asumsi tertentu sesuai dengan teori bahasa yang dianutnya. Beberapa silabus pembelajaran bahasa asing di antaranya
1. SILABUS STRUKTURAL
Al-Khuli (1986: 48) mendefinisikan silabus structural sebagai
منهج لتعليم اللغة المنشودة يركز على قواعد اللغة و يعرض الوحدات التعليمية بتسلسل نحوي معين
“Silabus pembelajaran bahasa target yang memokuskan pada kaidah-kaidah bahasa dan menyajikan unit-unit pembelajaran dalam bentuk penyajian serangkaian aspek gramatikal tertentu”.
Karl Krahnke (1987: 10) menyatakan bahwa silabus structural adalah “is one in which the content of language teaching is a collection of the forms and structures, usually grammatical, of the language being taught” (silabus di mana isi pembelajaran bahasa berupa kumpulan bentuk-bentuk dan struktur-struktur, biasanya dalam bentuk grammatika bahasa yang dipelajari)”. Thu’aimah (1989: 99) menyatakan bahwa silabus structural adalah tipe silabus yang menyajikan materi bahasa dalam bentuk pembahasan di sekitar tema-tema gramatikal.
Silabus ini didasarkan pada dua asumsi dasar. Pertama, bahasa adalah system (struktur). System bahasa mencakup sekumpulan gramatikal yang jika dipelajari seseorang maka ia akan mampu menggunakan bahasa. Kedua, setiap makna memiliki struktur bahasa tertentu sehingga dalam pembelajaran bahasa dibutuhkan penentuan berbagai struktur yang dapat mentransfer berbagai makna yang memudahkan proses komunikasi .
Bentuk/struktur bahasa berkaitan dengan makna bahasa. Salah satu dari dua komponen tersebut dapat membatasi yang lainnya. Sebagai contoh makna takjub dalam bahasa Arab memiliki setidaknya dua struktur ما أفعل  dan أفعل به. Makna ‘pertanyaan/istifhaam’ memiliki beberapa struktur. Dengan demikian guru diharapkan dapat memberikan sejumlah struktur atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan makna yang dapat memenuhi keinginan siswa (Thu’aimah, 1989: 100).
Secara procedural, perancang silabus structural memulai upayanya dengan menentukan makna-makna yang akan diungkapkan siswa. Setelah itu, perancang silabus menentukan struktur-struktur bahasa yang dapat menampung makna-makna tersebut. Tahap berikutnya adalah memilih tema-tema gramatikal yang terafiliasi pada struktur-struktur tersebut. Tahap terakhir adalah menentukan urutan tema-tema gramatikal tersebut (sequencing) secara logis yakni dengan mengawalkan tema yang menjadi syarat bagi tema berikutnya.
Ada beberapa istilah yang umum digunakan pada silabus structural di antaranya:
a. Pola kalimat (أنماط الجملة), yakni corak kalimat yang di mana makna disajikan. Misalnya, jumlah ta’ajjub, jumlah istifhamiyyah, jumlah thalabiyyah, jumlah insyaiyyah dan sebagainya.
b. Tema-tema gramatikal (موضوعات النحو), yakni konsep-konsep grammatika terkait struktur bahasa yang disusun dalam bab-bab tertentu. Misalnya, bab mubtada dan khabar, bab maf’ul bih, bab idhafah dan sebagainya.
d. Struktur Kalimat (التركيب اللغوي), yakni matriks yang mendadarkan kalimat. Dalam hal ini kita dapat menyatakan suatu struktur kalimat sebagai struktur fi’il + faa’il + maf’ul bih.
e. Jumlah, yakni ungkapan yang dapat dipahami maknanya (Thu’aimah, 1989: 100).

Silabus structural sangat umum dalam penggunaan metode gramatika-terjemah. Metode tersebut beranjak dari pijakan yang sama dengan silabus struktural yakni bahwa bahasa adalah sekumpulan kaidah-kaidah yang jika dipelajari seseorang, dapat memungkinkannya menggunakan bahasa tersebut. Bagi metode ini, kaidah-kaidah bahasa juga dapat memberi bekal siswa dengan sejumlah kosakata berdasarkan makna leksikal dan bukan berdasarkan kebutuhan nyata siswa. Krahnke menjelaskan bahwa silabus structural juga dapat diterapkan dengan metode Audio Lingual dan The Silent Way (Krahnke, 1987: 17).

a. Kelebihan silabus structural
1. Strukutur atau grammar adalah komponen yang paling umum (the most general component) dalam kompetensi komunikatif.
2. Silabus structural sudah sangat dikenal sehingga menjadi konten yang familiar dalam setiap kelas bahasa
3. Fitur dalam silabus structural mudah dideskripsikan.
4. Pengetahuan structural adalah komponen kompetensi komunikatif yang paling dapat diukur.
5. Pengetahuan struktur akan mencegah fosilisasi pembelajar bahasa. Fosilisasi adalah penghentian belajar akibat tidak didukung oleh dasar yang kuat.
6. Dalam teori monitor Krashen, pengetahuan struktur dapat memainkan peran yang penting sebagai dasar pembelajar untuk memonitor atau mengecek akurasi bahasa pembelajar.
7. Pengajaran struktur bahasa memberikan dasar bagi guru atau orang lain untuk menyediakan umpan balik akurasi produksi bahasa siswa
8. Silabus structural bebas dari nilai dan budaya bahasa yang dipelajari (Krahnke, 1987: 21-24).
Ada beberapa kritik yang dilayangkan pada silabus structural dan merupakan kelemahan dari silabus ini antara lain:
1. Jika seseorang dapat mendeskripsikan jumlah secara sintaksis atau dapat menganalisis susunannya sehingga dapat memahami maknanya, hal ini belum tentu menjaminnya dapat menggunakannya dalam percakapan nyata. Alasannya, suatu jumlah bisa jadi diucapkan seseorang dengan berbagai konteks atau situasi tertentu seperti konteks menyindir, takjub dan lain sebagainya.
2. Suatu makna tidak mesti dinyatakan dengan satu struktur. Bisa jadi suatu makna diungkapkan dengan beberapa struktur.
3. Silabus struktural mengabaikan kebutuhan individu dalam berkomunikasi karena silabus tersebut tidak bertolak dari situasi-situasi berbahasa yang dibutuhkan siswa dalam berbahasa.
4. Silabus ini menjamin lulusannya mampu menguasai kaidah-kaidah bahasa tetapi tidak menjamin lulusannya mampu berkomunikasi (Thu’aimah, 1989: 101).
5. Persoalan yang timbul karena urutan penyajian (sequencing) yang ketat pada silabus structural mencegah siswa memproduksi struktur-struktur yang belum dipelajarinya (Krahnke, 1987: 25)

2. SILABUS SITUASIONAL
Al-Khuli (1986: 110)mendefinisikan Silabus Situasional sebagai berikut:
منهج لتعليم اللغة المنشودة يعتمد على عرض نصوص لغوية ذات صلة بالمواقف التى قد يجد المتعلم نفسه فيها وسط بيئة هذه اللغة
“Silabus pembelajaran bahasa target yang didasarkan atas penyajian teks-teks bahasa yang memiliki keterkaitan dengan situasi-situasi yang mungkin ditemui siswa pada lingkungan bahasa tersebut.” Karl Krahnke (1987: 10) menyatakan bahwa, “A situasional syllabus is one on which the content language teaching is a collection of real or imaginary situasions in which language is used,” (Silabus Situasional adalah silabus di mana isi pembelajaran bahasa merupakan kumpulan situasi, baik nyata maupun imajiner, di mana bahasa berlangsung atau digunakan).
Dalam rangka pengembangan silabus structural, beberapa perancang silabus mulai melirik penyajian materi bahasa dengan mempertimbangkan situasi-situasi yang dialami siswa. Ada dua macam silabus situasional. Pertama, silabus situasinal yang masih kental dengan aroma struktur atau yang dikenal dengan silabus situasional imajiner/manipulatif. Kedua, silabus situasional yang beranjak dari situasi nyata di lapangan. Pada silabus situasional jenis pertama struktur bahasa tetap diajarkan di tengah-tengah pembelajaran situasi-situasi tersebut. Sebagai contoh, seorang guru mengajar dengan disertai gerakan-gerakan yang menunjukkan struktur yang diucapkan. Guru berkata (أنا أكتب الدرس) sambil menulis pelajaran di papan tulis atau ‘membuka pintu’ sambil berkata (الباب مفتوح) (Thu’aimah, 1989: 101).
Jenis kedua dari silabus situasional beranjak dari asumsi dasar bahwa bahasa adalah fenomena sosial yang muncul sebagai sarana berkomunikasi antar sesame manusia. Kendatipun dalam berkomunikasi struktur bahasa merupakan komponen yang perlu diperhatikan, tetapi dalam silabus situasional jenis kedua ini komponen-komponen tersebut selalu dipertimbangkan dengan situasi atau konteksnya. Dengan kata lain, perhatian utama diberikan pada situasi atau konteks bahasa digunakan dan bukan pada strukturnya. Sebagai implikasinya, terjadi pergeseran perhatian dari materi ajar ke siswa pembelajar.
Para ahli berupaya memprediksi situasi-situasi yang mungkin dihadapi siswa dalam komunikasi sehari-hari melalui kajian-kajian lapangan atau penelitian-penelitian. Setelah diketahui situasi-situasi yang diprediksi akan dihadapi siswa maka tahap berikutnya adalah memilih materi bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi siswa.
Silabus semacam ini dapat memotivasi siswa untuk melanjutkan studi bahasanya karena membuat proses belajarnya lebih bermakna. Atau dalam istilah Krahnke disebut penghindaran terhadap ‘fosilisasi’ (Krahnke, 1987 : 70-71)
Adapun unit-unit pembelajaran bahasa dengan silabus tipe ini adalah dengan menyajikan unit-unit yang berkisar di sekitar kebutuhan-kebutuhan komunikasi siswa. Dengan demikian dapat disebutkan di sini beberapa unit-unitnya seperti : Di Bandara, Di Pasar, Di Perpustakaan Universitas, Di Restoran, Di Biskota dan lain sebagainya (Thu’aimah, 1989: 103).
a. Kelebihan silabus situasional
1. Silabus situasional dapat lebih mengarahkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam seting spesifik
2. Silabus situasional menyediakan konteks wacana di mana bentuk dan makna bahasa berpadu
3. Penggunaan situasi-situasi dalam pembelajaran bahasa dapat memberikan informasi sosial dan budaya tentang bahasa dan penutur aslinya (Krahnke, 1987: 45).
b. Kelemahan silabus situasional
1.      meskipun silabus situasional dapat meningkatkan transfer penggunaan bahasa yang terkait dengan situasi pembelajaran, tetapi penggunaan situasi-situasi yang telah ditentukan sebelumnya dan penggunaan situasi-situasi yang artificial dapat mengurangi transfer tersebut. Hal ini karena siswa lebih diarahkan pada rutinitas dan pola situasi yang telah ditentukan sebelumnya ketimbang penggunaan bahasa yang kreatif.
2.      pembelajaran dengan silabus situsional terhambat oleh sulitnya membuat bahasa autentik untuk tujuan pembelajaran. Hal ini bisa jadi disebabkan antara lain pola-pola autentik penggunaan bahasa dalam berbagai situasi oleh penutur asli belum diketahui atau bisa jadi terkait dengan penggunaan yang kedaluwarsa karena semakin spesifik suatu bahasa diasosiasikan dengan situasi akan semakin cepat kemungkinannya menjadi tidak lagi sesuai.
3.      silabus situasional memiliki kelemahan dalam pengurutan (sequencing) konten (Krahnke, 1987: 45-46).
Thu’aimah (1989: 103) juga melayangkan kritiknya terhadap silabus ini di antaranya:
1.      Kebutuhan komunikasi berbeda-beda baik pada tataran individu maupun masyarakat. Apa yang sesuai bagi satu kelompok belum tentu sesuai dengan kelompok lainnya. Dengan demikian idealnya terdapat banyak situasi yang sebanding dengan beragamnya kebutuhan komunikasi.
2.      Bahasa yang diungkapkan di kelas, meskipun beranjak dari kebutuhan nyata dalam kehidupan, sejatinya masih berada pada tataran imajiner/manipulatif. Situasi alamiah sulit dipindahkan dalam situasi belajar di kelas
3.      Terdapat perbedaan mendasar antara situasi terpola (موقف نمطي) yang merupakan sarana dalam pembelajaran (di kelas) dengan situasi alamiah (موقف طبيعي) yang sulit ditransfer. Misalnya, jika situasi di pasar diprediksi sebagai aktifitas membeli  saja, maka akan bertentangan dengan kenyataan bahwa aktifitas di pasar tidak hanya ‘membeli’ karena bisa jadi seseorang ke pasar untuk berjualan, melihat dan membandingkan harga, mengawasi jalannya jual beli, menjaga keamanan pasar dan sebagainya.
Di antara metode pembelajaran bahasa yang biasa diasosiasikan dengan silabus situasional adalah Metode Audio Lingual dan Metode Langsung.






















KESIMPULAN
Silabus Pembelajaran bahasa asing, termasuk bahasa Arab, memiliki banyak tipe yang secara sederhana dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, yang lebih menekankan pada bentuk bahasa (form) dan kedua yang lebih menekankan pada makna (mean). Keberadaan bermacam tipe silabus dapat dilihat sebagai bentuk pengembangan dari silabus yang ada sebelumnya sehingga pemaparannya tidak perlu untuk dipertentangkan.

























DAFTAR PUSTAKA
Al-Khuli, Muhammad Ali, A Dictionary of Applied Linguistics: English-Arabic with An Arabic-English Glossary, Librairie Du Lian, First Edition, 1986, printed in Lebanon
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2009)
Hidayat, HD, Pelajaran Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1984 Jilid I, Jakarta, PT Hikmat Syahid Indah/CV Toha Putra Semarang, 1986
Krahnke, Karl, Approaches to Syllabus Design for Foreign Language Teaching, New Jersey: Prentice Hall Regents, Englewood Cliffs, 1987


0 Response to "JENIS – JENIS SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB"

Post a Comment